0

PEMIJAHAN IKAN KOI

Induk dimasukkan sekitar jam 16.00 dan akan mulai memijah tengah malam. Induk betina akan berenang mengelilingi kolam dan diikuti induk jan-tan di belakangnya. Makin lama gerakan mereka makin seru, dan induk jantan akan mulai menempel-kan badannya ketika mengikuti induk betina. Pada puncaknya, induk betina akan mengeluarkan telur-nya dengan sesekali meloncat ke udara. Aktifitas betina ini segera diikuti dengan jantan mengeluarkan cairan sperma.

Telur-telur betina yang terkena sperma jantan akan menempel pada kakaban atau bahan penempel telur lainnya dan susah lepas. Sebaliknya ada sebagi-an telur yang jatuh ke dasar kolam, dan ini harus kita selamatkan nanti. Perkawinan akan selesai pada pagi harinya, dan induk harus segera dipindahkan dan diberi makan. Jika kita terlambat memindahkan induk, telur bisa dimakan oleh induknya.

Ada dua cara untuk memisahkan induk dari telur yang dihasilkan. Pertama, dengan memindahkan induk dari kolam pemijahan dan tetap mem-biarkan telur menetas di kolam pemijahan. Cara kedua dengan memindahkan telur ke kolam penetas-an. Cara pertama rupanya lebih praktis karena lebih menghemat lahan (kolam).

Untuk mencegah supaya tidak terserang jamur, telur-telur harus direndam dalam larutan Malachyt-green dengan konsentrasi 1/300.000 selama 15 menit. Ketika hendak merendam telur-telur ini, Sebaiknya kakaban digoyang-goyangkan pada air agar lumpur atau kotoran yang mungkin menutupi telur bisa bersih.

SUMBER : http://breederkoi.com

0

SELEKSI BENIH IKAN KOI

Kegiatan yang paling sulit dari rangkaian kegiat-an pemijahan adalah penyeleksian benih. Seleksi yang sembrono atau ceroboh akan mengakibatkan kita rugi, karena biaya makan yang banyak dan tenaga ekstra yang telah banyak tercurahkan hanya menghasilkan koi yang rendah mutunya.

Dewasa ini ada anggapan bahwa orang yang me-mijahkan koi selalu berharap menghasilkan koi yang bagus kualitasnya. Anggapan ini keliru sama sekali, sebab  tidak sedikit dari mereka yang sudah ber-pengalaman mendapatkan benih koi yang keseluruh-annya jelek. Umumnya di antara mereka tidak mem-produksi secara masal, sebab produksi masal susah diurut asal-usulnya.
Asal-usul ini sangat perlu, ter-utama Jika akan mengawinkan koi dengan induknya. Dengan pemijahan berpasangan, induk akan mudah dicari sebab induk hanya seekor betina dan dua atau tiga ekor jantan yang gampang diingatnya. Mempro-duksi  koi  secara   masal   hanya akan menambah pekerjaan, karena seekor koi mampu menghasilkan anak hingga puluhan ribu ekor.

Kepadatan benih yang sangat tinggi cenderung membuat benih bersaing tempat dan makanan. Koi yang buruk dapat merusak koi yang mutunya bagus. Oleh karenanya perlu diadakan penyeleksian yang ketat.

Penyeleksian dilakukan ketika benih berumur 1 hingga 3 bulan, dan benih dipisahkan menurut besar dan jenisnya. Ada beberapa ekor koi yang umumnya tumbuh kelewat bongsor, sedangkan se-bagian lagi sangat lambat. Penyeleksian ini juga akan membantu koi yang pertumbuhannya lambat bisa tumbuh normal kembali.

Selama 1-3 bulan penyeleksian dilakukan seba-nyak 3 atau 4 kali. Seleksi yang pertama, dilakukan sekitar 2 minggu setelah menetas bagi Showa, 50 hari setelah menetas untuk Ogon, 60 hari untuk Kohaku dan Taisho-sanke. Benih yang cacat ditan-dai dengan warna merah, putih, atau hitam saja. Biasanya dari jumlah benih yang menetas, sisanya yang bagus tinggal 10—20%.

Seleksi kedua dilakukan untuk menentukan pola warna dan kualitas secara keseluruhan. Setelah selesai seleksi akan makin sedikit benih yang masih tersisa, tapi yang jelas akan semakin ringan pekerjaan yarig hams kita lakukan. Seleksi benih memang susah, dan hanya bisa dilakukan dengan benar dan serius oleh mereka yang sudah dekat dengan koi. Dan penglihatan yang tajam tetap diperlukan untuk mendapatkan benih-benih yang bagus kualitasnya. Secara umum benih-benih yang lolos seleksi akan memiliki ciri-ciri se-bagai berikut :

– Badan dan siripnya normal, tidak cacat.
– Warna badannya sudah nampak menonjol, se-suai dengan varietasnya.
– Warna putih, merah, hitam atau kuning nampak jernih tidak tercampur dengan warna lain.

SUMBER : http://breederkoi.com

0

CIRI – CIRI IKAN KOI BERKUALITAS

Bentuk badannya bisa dilihat saat koi berenang, karena bentuk badan yang sempurna akan berpengaruh langsung pada gaya berenangnya. Demikian pula Sebaliknya. Walaupun seekor koi mempunyai corak warna yang sangat indah dan montok, tapi Jika sirip-nya tidak lengkap, koi tersebut dinilai jelek. Walaupun tidak mutlak, Sebaiknya kedua sisi badannya simetris. Dan harus diingat, seekor induk betina yang sedang “mengandung” perutnya lebih buncit. Ini Jangan disalahartikan bahwa ikan koi tersebut perutnya tidak normal. Harus diingat pula, ada dua bentuk badan yang abnormal yaitu: cacat dan kurang makan. Jika seekor koi tak bersirip atau mata-nya hilang sebelah, jelas koi tersebut cacat dan Jangan sekali-kali dipilih kendati dijual murah. Namun Jika ada koi berperut buncit di salah satu sisi badannya, atau ada sebuah rongga kecil pada kepalanya, kalau kita berminat koi seperti itu boleh diambil, dengan harga miring tentu!

Secara rinci, bentuk badan yang harus diperhatikan adalah seperti berikut:

1. Garis punggung lurus dan punggung melengkung wajar

Jika kita perhatikan dari atas, garis punggung koi harus terlihat lurus dan ketika mereka bergerak meliuk punggungnya melengkung dengan wajar. Jika dilihat dari samping, maka garis sebelah atas badannya dan bawah badannya membentuk lengkung yang wajar. Artinya, sebelah atas badannya tidak boleh terlalu melengkung, tapi sebelah bawah juga Jangan sampai membentuk garis lurus. Koi yang ketika berenang membentuk lengkungan yang tajam pada badannya sendiri tidak pantas untuk dipilih.

2. Sirip tumbuh sempurna dan cantik

Sirip yang cantik dan besarnya sesuai dengan badannya, menjadikan koi tampak cantik. Yang paling penting di antara semua sirip adalah sirip dada. Sirip ini tidak boleh cacat karena penyakit atau cacat bawaan. Beberapa koi yang karena keku-rangan makan biasanya mempunyai sirip yang kerdil (kecil).
Sirip ekor dan sirip punggung koi sering ditemu-kan cacat. Begitu pula halnya dengan sirip perut atau sirip anal. Usahakan memilih koi yang mempunyai bentuk sirip sempurna.

3. Kepala berbentuk sempurna

Beberapa wajah koi enak dilihat, tapi beberapa lagi tidak. Ada koi yang mempunyai hidung bersan-dar ke depan, dan sebagian lagi ada yang mancung. Bentuk hidung koi ini, kendati berbeda, keduanya dianggap kurang bagus. Yang bagus adalah koi dengan bentuk hidung yang wajar, tidak terlalu menonjol, tapi juga tidak tenggelam dalam timbun-an daging.
Cacat rahang paling menentukan. Boleh jadi cacat ini disebabkan oleh penyakit gill root (akar insang) yang menyerang koi ketika masih kecil. Cacat yang disebabkannya sangat besar pengaruhnya terhadap penilaian koi. Kepala koi menjadi besar dan lebar, dan sangat tidak enak dipandang. Penyakit ini memang mempengaruhi bentuk mulut dan insang. Antara mata, mulut, dan rahang harus sama bagusnya dan membentuk suatu bangunan yang serasi dan sempurna.

4. Perbandingannya serasi

Perbandingan antara panjang, lebar, dan tinggi merupakan kunci bagus tidaknya koi. Yang dimak-sudkan di sini adalah angka paling besar antara perbandingan panjang badan dan tinggi adalah satu. Itu yang paling bagus. Namun pada umumnya angka rasio ini berkisar antara 1-2,6 hingga 1-3,0 dan biasanya angka ini sudah cukup memadai.

SUMBER :

http://artanetlowa.blogspot.com/2009/02/ciri-ciri-ikan-koi-berkualitas.html

0

TIPS & TRIK UNTUK MEMBELI IKAN KOI

SUMBER PHOTO : https://nurfitrirahim.files.wordpress.com/2013/02/ikan-koi.jpg

Tips Memilih Ikan Koi

1. Luangkan waktu yang cukup untuk memperhatikan cara berenang koi yang menjadi pilihan. Gerakannya harus mulus, tidak tersendat-sendat
Gerakan insangnya bergerak secara perlahan dan teratur dengan kedua belah katup insang harus dekat dengan badannya.
Hindari membeli koi dengan kulit kemerah-merahan, titik putih, sisik-sisiknya berdiri, matanya buram, sitip yang membusuk, ada benjolan di kepala dan katup insangnya. Mintalah pada penjual untuk menaruh ikan yang terpilih ke tempat yang dangkal (bak) sehingga bisa diperiksa secara teliti dengan jarak dekat.

2. Tanyakan kelebihan dan kekurangan ikan yang terpilih.

3. Tanyakan jenis ikan koi yang dipilih itu.

4. Jangan mengevaluasi kekurangan-kekurangannya saja.

5. Perlu diketahui segi-segi yang harus diperhatikannya.
Bentuk badan baik.
Pola warna seimbang dengan KIWA yang tajam.
Warna jernih merata.
Gaya berenangnya luas.

Dalam kolam yang memiliki sistem filter yang baik, warna ikan koi akan menjadi indah. Perlu diingat lingkungan kolam dapat merubah kondisi ikan koi, karena ikan koi akan kehilangan warna-warninya dalam 6 bulan oleh kondisi air yang tidak baik. Sayang bila kita membeli ikan koi yang mahal dan indah berubah warna.

SUMBER:

http://budidayakoi.blogspot.com/2009/04/budidaya-ikan-koi.html

0

CARA MENGHASILKAN ANAKAN IKAN CUPANG JANTAN

IKAN CUPANG

IKAN CUPANG

Seperti mahluk hidup lainnya, secara alami jenis kelamin ikan sudah ditentukan pada saat pembuahan telur terjadi. Namun demikian, pada ikan terdapat suatu fase yang labil dimana jenis kelamin masih bisa diarahkan menjadi betina atau jantan. Jenis kelamin yang diinginkan berhubungan dengan adanya perbedaan karakter atau sifat antara ikan jantan dan betina. Perbedaaan karakter tersebut dapat berupa kecepatan tumbuh dan penampilan tubuh seperti warna dan panjang sirip ikan. Perbedaan karakter tersebut biasanya berhubungan dengan aspek ekonomi sehingga akan lebih menguntungkan apabila memelihara ikan dengan satu jenis kelamin yang menguntungkan tersebut.

Tehnik pengarahan jenis kelamin ini dikenal dengan istilah sex reversal. Tehnik sex reversal sudah berhasil diaplikasikan kebeberapa jenis ikan seperti ikan mas dan beberapa jenis ikan hias seperti ikan cupang, kongo tetra dan ikan gapi.

Pengarahan jenis kelamin ikan cupang kearah jantan dilakukan dengan menggunakan hormon androgen 17 α-methyltestosteron. Dosis hormon yang digunakan adalah 20 mg/l air perendaman. Pembuatan larutan hormon 20 mg/l dilakukan dengan cara melarutkan hormon sebanyak 20 mg, kemudian dilaritkan dalam 1 ml alkohol 70%, dan selanjutnya dimasukkan kedalam air yang akan dipakai merendam sebanyak 1 liter. Air yang telah diberi hormon diaerasi beberapa saat sebelum dilakukan perendaman. Hal ini dilakukan untuk meratakan hormon dalam air dan membantu penguapan alkohol.

Perendaman dalam larutan hormon dilakukan terhadap telur (embrio) fase bintik mata yang terjadi sekitar 30 jam setelah pemijahan. Banyaknya telur yang direndam dalam setiap liter air berhormon berkisar antara 3000-5000 butir. Wadah yang digunakan untuk perendaman sebaiknya yang memiliki dasar yang lebar agar pemanfaatan hormon dalam air semaksimal mungkin. Untuk memudahkan pengambilan telur-telur setelah diberi perlakuan hormon, telur-telur tersebut bisa dimasukkan kedalam saringan teh yang halus sebelum dimasukkan kedalam wadah perendaman. Lama perendaman untuk ikan cupang adalah 8 jam.

Penanganan larva ikan hasil perlakuan hormon dilakukan seperti pada larva yang tidak diberi perlakuan. Perkembangan ikan perlakuan juga sama seperti dengan ikan biasa.

SUMBER :

http://taufikbudhipramono.blog.unsoed.ac.id/2011/05/12/teknologi-budidaya-ikan-hias-3/

0

cara memelihara ikan koi

Image

cara memelihara koi memang gampang gampang sulit, maksudnya bila kita sebagai pemula yang memelihara koi pastilah kita bingung karena banyak koi yang mati dan tidak banyak juga koi yang kita pelihara mati semua karena kita masukkan koi baru ke kolam kita. Nah berikut ini saya akan berikan tips memelihara ikan koi dan karantina koi baru supaya tidak membuat mati koi lama.


Koi adalah jenis ikan kolam yang mempunyai banyak varian atau jenis, seperti koi sowa, koi kohaku, koi asagi dan masih banyak macam jenis koi. Koi merupakan ikan yang dipercaya membawa hokki maupun keberuntungan bagi pemiliknya, namun untuk memelihara koi haruslah diperlukan perawatan koi yang benar-benar ekstra. Karena koi merupakan salah satu jenis ikan kolam yang sangat sulit pemeliharaannya karena kita harus tahu dan mengerti cara yang benar memelihara koi dan juga harus tau cara mengobati koi yang sakit.

Untuk sukses memelihara koi harusnya kita tahu berbagai macam cara mengobati koi yang sakit maupun cara karantina koi baru sebelum dicampurkan dengan koi lama yang sehat. Karena iasanya kondisi koi baru biasanya sangat riskan dengan penyakit koi , dimana jika kita campurkan koi baru yang terserang penyakit ke kolam yang penuh dengan koi yang sehat, pastilah koi anda akan mati semua dan bisa tangisan air mata untuk koi kesayangan anda.hehehe….

Berikut beberapa Tips Cara Memelihara Koi yang benar:

  • Pertama – tama kita harus persiapkan kolam koi yang benar dan yang mendukung untuk koi nyaman hidup dan berenang dikolam tersebut, antara lain: jaga kualitas air kolam koi karena itu merupakan penentu keberhasilan dalam memelihara Koi, caranya Kolam koi harus terbebas dari zat-zat kimia, biasanya kolam Koi baru yang terbuat dari semen masih menyisakan bau yang berbahaya. rendam kolam dengan air sampai beberapa hari suapaya bau semen hilang sekiranya seminggu terus kita ganti air dan seminggu kemudian kita ganti air lagi dan rendam selama 5-7 hari baru isi dengan ikan biasa dulu untuk cek air kolam apakah layak untuk dihuni ikan. Kualitas air untuk mendukung perkembangan koi secara optimum adalah sebagai berikut:
  1. v suhu air berkisar 24-26oC,
  2. v pH 7,2-7,4 (agak basa),
  3. v oksigen minimal 3-5 ppm,
  4. v CO2 max 10 ppm,
  5. v nitrit max 0,2.
  • Beli ikan koi jangan dipasar ikan kalau kamu tidak bisa mengkarantina ikan koi, karena biasanya dipasar ikan itu bukan koi karantina tapi koi baru yang stress karena dari perjalanan jauh pengiriman koi membuat ikan koi stress. Dan ikan koi yang stress pasti membawa penyakit, nah kalau dicampur ikan koi lama pastilah game over semua.
  • Memilih Koi Yang sehat cirinya lihat ingsangnya kalau membiru jadi koi tersebut berpenyakit, kalau nafanya tidak normal alias keburu-buru jadi ikan tersebut stress, lihat badannya ada yang bercak merah atau siripnya merah jangan dibeli
  • Jumlah Koi jangan terlalu padat di dalam Kolam, sesuaikan ukuran kolam dengan jumlah ikan yang dipelihara. Kolam padat membuat koi tidak tumbuh optimal dan mudah terserang penyakit
  • Berikan makanan yang secukupnya dan pilihlah makanan koi yang berkualitas seperti san koi maupun lainnya yang khusus makanan koi supaya terjamin kesehatannya

Untuk karantina koi sakit maupun koi baru berikut caranya:

  • Pisahkan koi yang sakit dengan cara mperhatikan perilaku ikan setiap saat, ikan sakit biasanya menunjukkan perilaku yang tidak biasa, segera dikarantina dan diobati, dimana kekurangan Oksigen juga menjadi penyebab kematian ikan koi, perhatikan apakah Koi selalu mengambang di pemukaan air sampil membuka mulutnya, perilaku ini akan lebih nampak di waktu subuh,jika demikian tambahkan aerator. Kalau ada tanda-tanda seperti itu langsung saja pisahkan dan beri obat healthy fish yang warnanya biru dan rendam koi dalam kolam karantina yang telah diobati selama setengah hati kemudian ganti air bersih selama 3jam emudian beri lagi obat tersebut selama sehari dan kemudian cek diair bersih lagi apakah sudah sembuh
  • Jika menambah ikan baru hendaknya dikarantina terlebih dahulu, pastikan tidak membawa penyakit. Setelah pasti tidak membawa penyakit baru dimasukkan ke dalam kolam. Sistem karantinanya sama dengan cara mengkarantina koi sakit

Sedikit pengalaman dari saya tentang memelihara koi, saya pernah memelihara koi sampai puluhan koi dengan harga jutaan rupiah, namun ketika saya beli koi baru satu saja di pasar ikan yang belum dikarantina, maka yang terjadi matilah semua koi saya yang harganya total puluhan juta mati semua dalam seminggu. Disetiap harinya koi satu persatu berguguran dan bikin gw strees berat. Tapi sekarang saya setelah mempelajari cara mememlihar koi dengan benar, maka saya sukses memelihara koi, maka dari itulah saya akan bagikan beberapa tips cara memelihara koi supaya sehat semua dan tidak mati-mati. Oke semoga bermanfaat.

sumber : http://www.zonaikan.com/2012/10/cara-memelihara-koi.html

0

teknologi budidaya rumput laut

BAB I

PENDAHULUAN

  1. A.    Latar Belakang

Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput laut atau dikenal dengan sebutan lain ganggang laut, seaweed atau atau agar-agar. Salah satu dari jenis rumput laut yang sudah dibudidayakan secara intensif adalah Eucheuma sp di wilayah perairan pantai.

Hasil proses ekstraksi rumput laut banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan atau sebagai bahan tambahan untuk industri makanan, farmasi, kosmetik, tekstil, kertas, cat dan lain-lain. Selain itu digunakan pula sebagai pupuk hijau dan komponen pakan ternak maupun ikan.

Dengan semakin luasnya pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai industri, maka semakin meningkat pula kebutuhan akan rumput laut Eucheuma sp sebagai bahan baku. Selain untuk kebutuhan ekspor, pangsa pasar dalam negeri cukup penting karena selama ini industri pengolahan rumput laut sering mengeluh kekurangan bahan baku. Melihat peluang tersebut, pengembangan komoditas rumput laut memiliki prospek yang cerah karena memiliki nilai ekonomis yang penting dalam menunjang pembangunan perikanan baik kaitannya dengan peningkatan ekspor non migas, penyediaan bahan baku industri dalam negeri, peningkatan konsumsi dalam negeri maupun meningkatkan pendapatan petani/nelayan serta memperluas lapangan kerja.

            Budidaya rumput laut Eucheuma sp yang sudah biasa dilakukan oleh petani/nelayan adalah dengan menggunakan metode rakit apung (floating raft method) dan metode lepas dasar (off bottom method), metode ini sangat tepat diterapkan pada areal perairan antara interdal dan subtidal dimana pada saat air surut terendah dasar perairan masih terendam air serta lebih banyak memanfaatkan perairan yang relatif dangkal. Oleh karena itu untuk melakukan pengembangan budidaya rumput laut tersebut sangat terbatas apalagi beberapa lokasi perairan pantai di Indonesia pada waktu surut terendah dasar perairannya kering. Dengan demikian perlu adanya metode lain yang bisa memanfaatkan perairan-perairan yang relatif dalam yang selama ini kurang dimanfaatkan walaupun sebenarnya mempunyai potensi lebih besar apabila dimanfaatkan secara optimal.

 

 

 

  1. Tujuan

            Adapun beberapa tujuan dari kegiatan praktikum tentang budidaya rumput laut dari jenis Eucheuma sp di pulau Sabangko, pangkep Sulawesi selatan diantaranya sebagai berikut :

  1. Mengetahui bagaimana teknik budidaya rumput laut dari jenis Eucheuma sp dengan metode longline.
  2. Untuk mengetahui cara perbanyakan rumput laut melalui cara vegetative (stek )
  3. Menambah wawasan dan keterampilan tentang budidaya rumput laut.

 BAB II

METODOLOGI

  1. Tanggal dan Waktu pelaksanaan

Hari/ tanggal    : sabtu/ 08 Desember 2012

Tempat             : Pulau Sabangko, Pangkep Sulawesi selatan

 

  1. Alat dan Bahan
    1. Tali ris
    2. Pelampung
    3. Patok
    4. Bibit rumput laut Eucheuma sp
    5. Prosedur Kerja
      1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
      2. Membuat dan merakit tempat penanaman rumput laut dengan system longline, dengan sebuah tali yang diikat dan diberi pelampung berupa botol,
      3. Siapkan benih Eucheumaa sp, yang akan ditanam,
      4. Ikat benih rumput laut tersebut dengan cara agak longgar agar rumput laut dalam perkembangan dan pertumbuhannya tidak terhambat.
      5. Bibit rumput laut siap di tebar didaerah yang telah disiapkan

 

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil
  • Lokasi Pemeliharaan :  Laut
  • Jenis : Eucheuma sp
  • Metode Pemeliharaan : Sistem apung (Longline)
  • Jenis pelampung : Botol air Mineral (0,5 – 1 liter)
  •  Bibit : Rumput laut jenis Eucheuma sp

 

 

 

Gambar 1. Calon bibit rumput laut (a) dan bibit rumput laut yang telah dipanen (b)

 

  1. Pembahasan

Pada rumput laut dikenal pola perkembangbiakan dengan pertukaran generasi antara vegetatif dan generatif. Rumput laut dapat berkembang biak secara generatif atau secara kawin. Pada peristiwa perbanyakan secara generatif rumput laut yang diploid (2n) menghasilkan spora yang haploid (n). Spora ini kemudian menjadi 2 jenis rumput laut yaitu jantan dan betina yang masing-masing bersifat haploid (n) yang tidak mempunyai alat gerak. Selanjutnya rumput laut jantan dan akan menghasilkan sperma dan rumput laut betina akan menghasilkan sel telur. Apabila kondisi lingkungan memenuhi syarat atau menghasilkan suatu perkawinan dengan terbentuknya zigot yang akan tumbut menjadi tanaman rumput laut (Meiyana, et al., 2001). Sedangkan untuk Proses perbanyakan secara vegetatif berlangsung tanpa melalui perkawinan. Setiap bagian rumput laut yang dipotong akan tumbuh menjadi rumput laut yang mempunyai sifat seperti induknya. Perkembangbiakannya bisa dilakukan dengan cara stek dari cabang-cabang rumput laut.

 Syarat potongan rumput laut yang dikembangkan merupakan thallus yang muda, masih segar, berwarna cerah dan mempunyai percabangan yang banyak, tidak tercampur lumut atau kotoran, serta bebas atau terhindar dari penyakit (Meiyana, et al., 2001). Penggunaan bibit vegetatif tersebut sampai saat ini masih dianggap yang paling mudah dan menguntungkan dari segi efisiensi waktu, tenaga dan biaya dibandingkan dengan cara-cara generatif yang masih belum diterapkan secara masal karena pertimbangan teknis dan ekonomis yang dianggap belum menguntungkan.

Ada beberapa cara bagaimana teknik penanaman rumput laut yang telah dilakukan, , salah satunya dengan system longline. Teknik penanaman system longline sudah lama dilakukan, karena cukup efektif untuk dilakukan. Salah satu dari keuntungan dengan system longline ini adalah efisien dalam segi biaya operasional, karena hanya cukup menggunkan tali dan pelampung berupa botol mineral yang bekas.

 Bibit Eucheum sp ditanam pada tali longline dengan cara diikat dengan tali. Pengikatannya sedikit longgar dan tidak terlalu kencang, agar memudahkan rumput laut dalam pertumbuhannya dan perkembangannya. Jika terlau kencang dalam pengikatan rumput lautnya, maka petumbuhannya akan terhambat. Dengan demikian, akan lama untuk dapat berkembang.

Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi sarana budidaya dan tanamannya. Apabila ada kerusakan patok, jangkar, tali ris dan tali ris utama yang disebabkan ombak yang besar, harus segera diperbaiki. Pemeliharaan dilakukan baik pada ombak besar maupun pada aliran laut tenang. Kotoran atau debu air yang melekat pada tanaman harus selalu dibersihkan. Kotoran yang melekat dapat menganggu proses metabolisme sehingga pertumbuhan tanaman menurun. Beberapa tumbuhan penempel yang merusak, seperti ulva, hypnea, chaetomorpha, dan enteromorpha dikumpulkan dan dibuang ke darat.

Beberapa jenis hewan herbivora pemangsa tanaman rumput laut adalah bulu babi, ikan dan penyu. Serangan bulu babi dapat diatasi dengan cara diusir dari lokasi budidaya. Lumut juga perlu biasanya dipasang jaring di sekeliling lokasi budidaya. Lumut juga perlu disingkirkan karena menghalangi sinar matahari yang masuk sehingga pertumbuhan akan terhambat.

Tanaman dapat dipanen setelah mencapai umur ±42 setelah tanam. Cara memanen rumput laut pada air pasang adalah dengan mengangkat seluruh tanaman ke darat kemudian tali pengikat dipotong/di lepas. Sedangkan pada saat air surut dapat dilakukan langsung di areal tanaman. Bibit  yang telah dipanen dibawah ke darat dengan menggunakan rakit kemudian bibit yang telah dipanen siap digunakan untuk bibit pembesaran rumput laut.

 BAB IV

PENUTUP

 

  1. Kesimpulan

Dari hasil kegitan fieldtrip dapat disimpulkan bahwa stek dengan metode longline adalah salah satu cara yang paling efektif dan paling mudah dilakukan, selain pelaksanaanya dilakukan secara sederhana juga tidak memakan biaya yang banyak.

 

0

LAPORAN PEMBENIHAN LOBSTER AIR TAWAR

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Jika dilihat dari kondisi lingkungan alam, Indonesia memiliki kondisi yang sangat besar untuk mengembangkan budidaya lobster air tawar, iklim dan siklus sangat memungkinkan lobster dapat berkembang sepanjang tahun. Berdasarkan hasil pengamatan Hondo Wiayanto et all pada tahun 2003 udang lobster terutama jenis cherax quadricabrinatus dapat dapat bertelur mencapai 4-5 kali dalam setahun. Sementara di Queensland, Australia yang merupakan asal mula habitat lobster ini hanya dapat bertelur hingga dua kali dalam setahun. Selain iklim yang mendukung juga ketersediaan pakan alami yang melimpah dialam dan mudah didapatkan. Sehingga dengan pakan alami tersebut lobster dapat tumbuh dengan cepat.

Usaha perikanan tidak hanya menyakup masalah pada usaha budidaya ikan, selain itu juga usaha dalam bidang lobster merupakan suatu usaha yang cukup menjanjikan bagi dalam dunia industry. Jika  dibandingkan  dengan  udang air tawar lainnya  seperti udang galah dan  udang windu, , lobster air tawar lebih mudah dibudidayakan. Ini dapat kita lihat dari teknik budidaya yang diterapkan cukup sederhana, sehingga dapat diterapkan oleh siapa saja yang tertarik untuk melakukannya. Lobster air tawar dapat dibudidayakan di akuarium maupun kolam dan tidak dibutuhkan lahan yang begitu luas. Sementara proses pembudidayaan udang windu dan pembudidayaan udang galah memerlukan tekhnik khusus dan lahan yang luas.

Kelebihan lain yang dimiliki oleh lobster air tawar ini antara lain tidak mudah stress dan tidak mudah  terserang  penyakit.  Hal  ini  jika  didukung  oleh  kebutuhan  pakan,  kualitas  air,  dan kebutuhan oksigen dengan baik diikuti dengan pertumbuhan yang cepat. Selain dari sisi budidaya yang cukup sederhana, berkembangnya usaha dibidang lobster air tawar ini tidak lepas dari tingginya peminatan pasar terutama pasar ekspor.

Sebagai salah satu jenis udang konsumsi, juga dapat digunakan sebagai udang hias. Hal ini karena lobster air tawar memiliki warna badan yang cukup unik dan menarik, terutama dua buah capit  yang  mirip senjata  mobil  tang.  Selain  hal  tersebut  udang  juga  memiliki  kelebihan diantaranya yaitu: kemudahan dalam mengembangbiakannya yaitu cukup dilakukan dalam aquarium atau kolam. Lobster dapat tumbuh dalam aqwarium mencapai ukuran 25-30 cm.

  1.  Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan praktikum tentang pengenalan pembenihan lobster air tawar, Adalah sebagai berikut :

1.    Mahasiswa dapat mengetahui tentang biologi lobster yang dapat dibudidayakan

2.    Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan jenis kelamin jantan dan betina yang terdapat pada lobster air tawar

3.    Mahasiswa dapat  mengetahui tehknik-tehknik dalam melakukan pemijahan lobster air tawar

4.    Mahasiswa  dapat  mengetahui  bagaimana  cara  membenihkan  lobster  dengan  baik  dan bagaimana penerapannya di lapangan

BAB II METODOLOGI

  1. A.     Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dalam melakukan praktikum tentang Budidaya lobster air tawar ini yaitu

Pukul               : 06.00  WIB Sampai selesai

Hari                 : jumat

Tanggal           : 19 Oktober 2012

Tempat            : laboratorium reproduksi dan genetika ikan

  1. B.      Alat dan Bahan
Þ    Bak pemijahan

Þ    Akuarium penetasan

Þ    Pipa PVC

Þ    Selang aerasi

Þ    Aerator

Þ    Batu aerasi

Þ    Selang siphon

Þ    Ember

Þ    Air bersih

Þ    Penggaris

Þ    Timbangan digital

Þ    Seser

Þ    Induk lobster air tawar

Þ    pH meter

Þ    DO meter

Þ    Thermometer

Þ    Garam

Þ    Cacing tanah/ cacing sutera

Þ    Touge

Þ    Ubi jalar

Þ    Pellet lobster

Þ    Keong mas

  1. C.     Prosedur Kerja
  2. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan selama praktikum
  3. Bersihkan alat dan bahan tersebut agar tidak mengandung hama dan penyakit yang dapat mengganggu kesehatan lobster
  4. Masukkan air kedalam wadah
  5. Pasang selang aerasi pada wadah dengan posisi yang baik dan benar
  6. Masukkan selter berupa pipa PVC
  7. Masukkan beberapa pasang induk ke dalam bak pemijahan
  8. Ambil sepasang induk untuk diukur dan ditimbang serta untuk membedakan alat kelamin jantan dan betina.
  9. Kemudian masukkan kembali kedalam bak pemijahan dan biarkan hingga didapatkan induk betina yang bertelur
  10. Lakukan penyiponan dan Pemberian pakan induk selama pemeliharaan  dengan frekuensi 2 kali sehari
  11. Lakukan pemindahan induk yang telah bertelur ke aquarium penetasan  untuk menghindari sifat kanibalisme dan menghindari agar telur yang dierami oleh nduk tidak rontok akibat gangguan lobster lainnya.
  12. Kemudian amati perkembangan  telur hingga menetas menjadi burayak
  13. Setelah larva menetas dan 75 % persen larva sudah lepas dari induknya maka larva telah dapat dirontokkan
  14. Larva yang telah dirontokkan kemudian dihitung dan ditimbang kemudian dipindahkan ke wadah yang lain.
  15. Selanjutnya dilakukan pemberian pakan dengan frekuensi 2  kali sehari sebanyak 5% dari biomassa larva dan penyiponan pada wadah budidaya secara teratur
  16. Hitung tingkat kelangsungan hidup larva setiap 10 hari selama 30 hari pemeliharaan.
  17. Selama pemeliharaan lakuakan pengontrolan kualitas air dengan mengukur suhu, DO dan pH
  • Untuk pencegahan/ penaggulangan penyakit, induk lobster direndam selama 5 menit kedalam larutan NaCl 20 gr

Þ    Prosedur unuk penyediaan pakan

  • Cacing tanah

v  Sediakan media dengan membuat kompos dengan menggunakan batang pisang dan sekam padi. Kedua bahan tersebut dicampur merata, kemudian di masukkan di dalam wadah yang telah disiapkan (besek) dan didiamkan selama ± 7 hari.

v  Setelah cukup didiamkan selama 7 hari wadah campuran batang pisang dengan sekam padi dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 7 : 3

v  Hasil campuran tersebut dibiarkan selama tujuh hari dan setiap hari disempotkan air agar tidak kering

v  Setelah tujuh hari cacing ditebar ke dalam kompos hasil campuran pupuk kandang, sekam padi dan batang pisang.

v  Setiap 3 hari biasanya disemprotkan air secukupnya agar wadah tersebut tidak kering (media tetap lembab).

v  Puncak pertumbuhan atau panen biasanya apabila cacing tanah sudah  berumur 1-2 bulan.

  • Keong mas

v  Siapkan keong mas

v  Cuci dengan air garam dengan dosis 100 ppt

v  Masak dengan air tawar hingga isi dari keong mas lepas dari cangkangnya

v  Keluaarkan isi keongmas dari cangkangnya

v  ambil dagingnya

v  potong daging keongmas menjadi beberapa bagian yang kecil

v  kemas daging keong mas dalam plastic dan taruh di freezer

  • Touge

v  Ambil kacang hijau secukupnya

v  Rendam kacang hijau selama sehari atau hingga kacang hijau lunak tetapi tidak sampai bekecambah

v  Setelah lunak, kacang hijau dikupas

v  Dipotong-potong kecil

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil

Table 1. ukuran induk lobster air tawar

Sampel kelompok

betina

jantan

Panjang (cm)

Berat (gr)

Panjang (cm)

Berat (gr)

1

11.5

37

12

53

2

8

30

10

40

3

13

63

15

85

4

13

63

15

85

Rata-rata

11,3

48

13

65

Table 2. ukuran induk dan jumlah benih yang dihasilkan

sampel

Ukuran induk

Jumlah benih (ekor)

Jumlah benih/ gr induk

Jumlah benih/ cm induk

Berat (gr)

Panjang (cm)

1

19

9,5

121

6,3

13

2

68

13

252

3,7

19,3

3

23

10,5

140

6

13

Rata-rata

37

11

171

5,3

15,1

Table 3. perkembangan telur

no

Tanggal pengamatan

Umur telur (hari)

keterangan

1 31 oktober 2012 1 Berwarna kuning
2 8 nopember 2012 9 Berwarna kuning ke orangean
3 17 nopember 2012 18 Berwarna orange
4 21 nopember 2012 22 Orange kemerah-merahan
5 24 nopember 2012 25 Bintik mata
6 09 desember 2012 39 telur sudah menetas tetapi masih menepel ditubuh induk
7 13 desember 2012 43 Semua larva telah lepas dari induknya

Table 4.  ukuran dan jumlah benih lobster air tawar dari induk yang beratnya 19 gr

Sampling ke Hari/ tanggal pengamatan Umur (hari) Jumlah benih (ekor) Berat rata-rata (gr/ekor) SR (%)
1 Rabu, 31/10/12 1 121 0,022 100
2 Minggu,11/11/12 10 43 0,075 35
3 Rabu,21/11/12 20 1 0,081 0.008
4 Jumat, 30/11/12 30 1 0,0890 0,008

Table 5.  ukuran dan jumlah benih lobster air tawar dari induk yang beratnya 68 gr

Sampling ke Hari/ tanggal pengamatan Umur (hari) Jumlah benih (ekor) Berat rata-rata (gr/ekor) SR (%)
1 Sabtu,01/12/12 1 252 0,031 100
2 Senin, 10/12/12 10 107 0.04358 42
3 Kamis. 20/12/12 20 85 0,05400 33
4 Rabu. 30/12/12 30 77 0,15 30

Table 6  ukuran dan jumlah benih lobster air tawar dari induk yang beratnya 10,5 gr

Sampling ke Hari/ tanggal pengamatan Umur (hari) Jumlah benih (ekor) Berat rata-rata (gr/ekor) SR (%)
1 Kamis/ 13/12/12 1 140 0,0320 100
2 Minggu/23/12/12 10 89 0,0584 63
3 Selasa/02/01/13 20 52 0,0959 37
4 Kamis/10/01/13 30 49 0,17 35

Table 7 kualitas air media pemeliharaan lobster air tawar

no

parameter

Kualitas air

pemijahan

pengeraman

benih

1

Suhu (0C)

27 – 29

27 – 29

21- 29

2 DO (ppm)

4 – 4.67

3,56 – 4,50

3, 78 – 4,13

3 pH

8 – 8,08

7,89 – 8,12

8 – 8,12

  1. Pembahasan

Penyeleksian calon induk bertujuan untuk mendapatkan induk yang benar-benar berkualitas. Yang harus diketahui dari induk yang berkualitas yaitu mengetahui asal usul induk , umur induk, tingkat pertumbuhan induk, jenis kelamin dan nafsu makan induk (Wiyanto dan Hartono, 2003).

Berdasarkan kegiatan praktik yang telah dilakukan di laboratorium Genetika dan reproduksi ikan bahwa dalam kegiatan seleksi calon induk yaitu pengukuran panjang dan berat badan lobster air tawar.  Pada table 1 dapat terlihat panjang calon induk betina  berkisar 8-13 cm dengan berat rata-rata 43,3 gr, sedangkan induk jantan panjangnya berkisar 10-15 cm dengan berat rata-rata 59 gr.  Dari table 1 juga dapat dilihat bahwa induk yang cocok dijadikan indukan adalah indukan yang berasal dari kelompok 3 dan 4. Hal ini sesuai dengan pendapat Agung dan Prayugo ( 2007 ) yang menyatakan bahwa bobot badan berkisar > 50 gram untuk betina dan > 60 gram untuk jantan dengan panjang untuk betina maupun jantan  > 12 cm. selain itu adanya kolerasi antara ukuran tubuh dengan jumlah telur yang dihasilkan sehingga makin. Dari table 2 dapat dilihat bahwa induk yang menghasilkan larva terbanya adalah induk yang beratnya 68 gram dengan pajang 13 cm.  Hal ini sesuai dengan pernyataan Agung dan Prayugo ( 2007 ) yang menyatakan induk betina yang berukuran 13-15 cm mampu menghasilkan juvenile antara 250-300 ekor.

Perkembangan telur pada induk yang mengeram dapat dilihat pada table 3. Perkembangan telur tersebut yaitu pada minggu pertama telur berwarna kuning. Sekitar satu minggu kemudian telur, akan berubah warna menjadi kuning ke orange-orangean. Memasuki minggu ketiga warna telur akan berubah menjadi orange, pada minggu keempat telur tetap berwarna orange kemerahan tapi muncul bintik-bintik hitam . bintik tersebut bahwa telur akan menetas. Telur akan metas pada miggu keenam. Dan danpada beberapa hari berikutnya benih akan lepas dari induknya. Terjadinya perubahan warna telur pada saat pengeraman karena adanya proses perkembangan embrio, yang juga dipengaruhi oleh kualitas air serta jenis pakan yang diberikan pada induk lobster air tawar.

Dari hasil pengamatan tersebut hampir sama denaga pernyataan wiyanto dan Hartono (2006), bahwa sekitar 19 hari setelah kawin atau 4 hari setelah keluar telur yang pertama, semua telur akan keluar berwarna kuning , sekitar dua minggu kemudian telur akan berubah warna dari kuning menjadi orange. Memasuki minggu keemat muncul bintik hitam. Bintik- bintik tersebut menandakan bahwa dalam waktu beberapa hari lagi telur akan menetas. Telur akan menetas diakhir minggu kelima.

Setelah telur menetas , benih masih tetap menempel di tubuh induknya. Benih tidak langsung lepas dari tubuh inuknya karena masih membutuhkan makanan berupa lender di tubuh induk, benih baru mulai lepas setelah 3-5 hari setelah menetas.

Pengukuran benih dilakukan sekali dalam 10 hari  selama pemeliharaan benih, hal ini bertujuan untuk mengetahui laju perumbuhan benih serta tingkat kelangsungan hidup benih. Adapun hasil pengukuran dri benih dapat dilihat pada table 4,5 dan 6. Yang menunjukkan pertambahan berat pada benih. Hal ini dikarenakan benih secara rutin diberi pakan. sedangkan untuk tingkat kelangsungan hidup (SR) larva lobster air tawar selama 1 bulan pemeliharaan  selalu terjadi penurunan tingkat kelangsungan hidup disebakan karena tingkat kepadatan yang tinggi, jenis dan ukuran pakan yang diberikan dan kondisi lingkungan yang tidak baik seperti tidak stabilnya suhu pada aquarium pemeliharaan benih, serta munculnya sifat kaniballisme yang sangat tinggi terlebih pada umur 2 minggu benih sudah mengalami pergantian kulit (moulting), dimana pada saat oergantian kulit benih tersebut dapat mengalami kematian karena dimakan oleh benih yang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wiyanto dan Hartono (2006), ysng mrnyatakan bahwa benih lobster melaui moulting pada umur 2-3 minggu setelah menetas.

Pakan yang diberikan pada benih lobster air tawar yaitu pakan alami berupa cacing tanah, dan cacing sutera. Keuntungan pemebrian pakan  cacing sutera dan cacing tanah dibandingkan pellet yaitu pemeberian pakan alami tidak membuat air akuarium cepat kotor karena  pakan alami yang di berikan dalam keaadaan hidup. Namun apabila kebutuhan pakan alami yang habis maka benih diberikan cacing beku. Frekuensi  pemberian pakan 2 kali sehari dengan dosis 3% dari bobot biomassa. Pada pagi hari 25 % dan sore 75% .

Untuk menjaga kualitas air pada pemeliharaan lobster maka perlu dilakukan penyiponan sebelum pemeberian pakan. agar sisa pakan yang tidak termakan sebelumnya tidak mengendap di dasar aquarium.

  •             Kualiatas air merupakan factor penting dalam budidaya lobster air tawar karena diperlukan sebagai media hidup baginya. Beberapa parameter kulitas dapat mempengaruhi hidup lobster air tawar  adalah suhu, DO dan pH. Dari praktikum yang dilakukan di dapatkan pH yang bersifat basa  yaitu 8 – 8,12. Agung dan Prayugo (2007) menyatakan  pH air yang baik untuk pertumbuhan lobster air tawar berkisar 6,5-9. Jika angka pH kurang dari 5, akan berpengaruh sangat buruk bagi pertumbuhan lobster air tawar karena dapat menyebabkan kematian. Sementara pH yang diatas 9 bisa menurunkan nafsu makan sehingga pertumbuhannya bisa menjadi lambat. Sedangkan untuk suhu pada praktikum yang dilakukan suhunya tidak stabil sehingga menyebabkan pertumbuhan lobster air tawar menjadi terhambat menurut Agung dan Prayugo (2007) menyatakan bahwa pertubuhan optimum lobster air tawar akan dapat dicapai bila dipelihara pada selah suhu 25-29oC. pada umumnya lobster air tawar dapat hidup pada rentang oksigen terlarut yang lebar  akan tetapi untuk pertumbuhan optimal lobster air tawar membutuhkan kadar oksigen terlarut > 4 ppm.
  •             Meskipun lobster air tawar termasuk tahan terhadap serangan hama dan penyakit karena kulitnya yang keras dan tebal, tetapi kewaspadaan tetap saja diperlukan. Beberapa penyakit yang sering menyerang lobster dan menyebabkan kematian adalah sebagai berikut, Saprolegnia dan  Achyla, Cacingjangkar dan Argulus foliaceus. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pengemdalian penyakit secara berkala dengan merendam lobster yang terinfeksi kedalam larutan garam (20 gram garam dilarutkan ke dalam 1 liter air) selama 5 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Lukito, A. dan S. Prayogo. 2002. Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta

Wiyanto, R dan H. Hartono. 2006. Merawat Lobster Hias di Aquarium. Penebar  Swadaya. Jakarta.

 

//http:data-lobster\budidaya-lobster-aair-tawar-cryfish.html

0

LAPORAN TRIPLOIDISASI IKAN MAS

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Pengembangbiakan ikan merupakan salah satu kegiatan dari  proses budidaya ikan. Ikan yang akan dibudidayakan harus dapat tumbuh dan berkembang biak agar kontinuitas produksi budidaya dapat berkelanjutan. Untuk mendapatkan ikan yang berkualitas banyak langkah yang telah dilakukan para pembudidaya. Dimulai dari metode hibridisasi, sex reversal, poliploidisasi hingga selektif breeding. Poliploidisasi merupakan salah satu metode manipulasi kromososm untuk perbaikan dan peningkatan kualitas genetik ikan guna menghasilkan benih ikan dengan keunggulan pertumbuhan cepat, toleransi terhadap lingkungan, resisten terhadap penyakit, dan persentase daging tinggi.

Manipulasi kromosom mungkin dilakukan selama siklus nukleus dalam pembelahan  sel, dasarnya adalah penambahan  atau pengurangan sel haploid  atau diploid. Pada ikan dan hewan lainnya dengan fertilisasi eksternal proses dapat dilakukan  untuk  salah satu gamet sebelum fertilisasi atau telur terfertilisasi pada beberapa periode selama formasi pada  zigot (Purdom, 1993). Salah satu metode manipulasi kromosom adalah ginogenesis.

Salah satu tujuan poliploidi adalah menghasilkan individu triploid yang diduga steril karena jumlah set kromosom yang ganjil akan menghambat pembelahan meiosis sehingga perkembangan gonad akan terhambat pula. Dengan demikian masalah overpopulasi dapat dihindari dan individu ini berpeluang untuk tumbuh dan behtehan hidup dibandingkan dengan ikan normal. Keberhasilan pembentukan individu triploid ditentukan oleh tiga hal pokok, yaitu waktu kejutan dimulai, suhu kejutan, dan lam pelaksanaan kejutan. Pemilihan waktu awal, lama waktu dan suhu kejutan yang tepat adalah spesifik atau khas pada masing-masing spesies.

  1. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu

  • Melakukan teknik ginogenesis untuk memproduksi populasi ikan betina
  • Melakukan teknik manipulasi jumlah kromosom untuk memproduksi ikan yang    memiliki kromosom sebanyak 3 set (tiploid).

                                                                                                              

 

BAB II

METODOLOGI

  1. A.    Waktu Dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelasanaan praktikum ini yaitu pada hari jumat tanggal 06 januari 2012 sampai hari jumat tanggal 04 januri 2013 di laboratorium reproduksi dan genetika politeknik pertanian negeri pangkep.

  1. B.     Alat Dan Bahan

Adapun alatdan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut;

Table 1. alat yang digunakan didalam prktikum

Nama alat

Spesifikasi

jumlah

Kegunaan

Bak pemijahan

Ukuran standar

1 buah

Tempat pemijahan

Hapa

1 x 2 m2

1 buah

Tempat pemijahan

Kakaban

40 x 60 cm2

2 buah

Tempat pelekatan telur

Pompa celup

 

2 buah

Sirkulasi air dan hujan buatan

Selang

 

3 meter

Sirkulasi air dan hujan buatan

Seser halus

 

1 buah

Menangkap induk

Lap halus

 

2 lembar

Membungkus induk saat distripping

Kotak radiasi (UV BOX)

Kotak kayu dilapisi plastic hitam

1 unit

Perangkap radiasi

Lampu TL Ultraviolet

15 watt

2 buah

Perangkat radiasi sperma

Shaker

Untuk mengaduk cairan dalam petridisk

1 buah

Homogenesis sperma pada saat radiasi

Petridisk

Diameter 5 cm

6 buah

Menampung sperma saat proses radiasi dan perlekatan telur untuk pengamatan dengan mikroskop

Gelas objek

 

10 buah

Pengamatan telur dengan mikroskop

Water bath

60 x 40 x 40 cm2 suhu max. 40oc

1 unit

Perangkat perlaukuan kejutan

Akuarium

50 x 30 x 30 cm3

1 buah

Wadah untuk triploid

Perangkat aerasi

 

6 set

Aeasi telur

Lempengan kaca

15 x 10 x 0,4 cm3

15 lembar

Pelekatan telur 5-10 buah untuk setiap aquarium

Rak lempengan kaca

15 x 10 x 10 cm3

5 buah

Menempatkan lempengan kaca berisi telur yang akan dikejut

Cawan plastik

Diameter 5 cm

1 buah

Menampung telur

Spoit tanpa jarum

10 ml

3 buah

Menyedot sperma

Spoit dengan jarum

5 ml

3 buah

Penyuntikan dengan ovaprim

Bulu ayam

 

1 buah

Pencampur telur dan sperma

Baskom plastic segi empat

30 x 25 x 5 cm3

3 buah

Menempatkan lempengan kaca untuk perlektan telur

Baskom bulat

Volume 20 liter

2 buah

 

Mikroskop

Pembesaran 400x

1 unit

 

Pipet

Volume 10 ml

2 buah

 

Tissue gulung

 

1 buah

 

 

Table 2. bahan yang digunakan dalam praktikum:

Nama bahan

Spesifikasi

Jumlah

Kegunaan

Induk ikan mas jantan

200-300 g matang gonad

6 ekor

Penyedia sperma

Induk ikan mas betina

300-400 g matang gonad

3 ekor

Penyedia telur

Telur ayam ras

Sudah direbus

3 butir

Pakan awal larva

Cacing tibifex

Beku

1 kg

Pakan benih

Artemia salina

 

1 kaleng

Pakan larva

Aquades

 

5 liter

Pembuatan larutan

Alcohol

75 %

5 liter

Sterilisasi peralatan

Hormone ovaprim

 

10 ml

Merangsang kematangan gonad

Larutan fisiologis (7,98 g NaCl + 0,02 g NaHCO3 dalam 1 L aquades)

Fresh

500 ml

Pengenceran sperma

Larutan pembuahan (3 g urea (CO(NH2)2) + 4 g NaCl dalam 1 L aquades

Fresh

500 ml

Proses pembuahan

Methyline blue

 

10 gram

Mencegah pertumbuhan jamur pada telur

 

  1. C.    Prosedur Kerja

 

  1. 1.      Pemijahan
  • Siapkan bak pemijahan
  • Atur agar tejadi gerakan air (sirkulasi) di dalam bak pemijahan dan buat hujan buatan (air jatuh) dengan menggunakan selang dan pompa celup
  • Atur kakaban menutupi bak pemijahan
  • Masukkan induk jantan dan betina dengan perbandingan bobot 1 : 1
  • Ciptakan suasana tenang dan gelap disekitar bak pemijahan
  • Tunggu dan amati tingkah laku pemijahan, air kelihatan berbusa, induk betina melepaskan telur di atas kakaban. Segera tangkap kedua induk sebelum telur dan sperma habis. Tamping induk didalam baskom yang telah disiapkan sebelumnya.

 

  1. 2.      Teknik poliploidisasi
    1. Teknik triploidisasi
  • Siapkan peralatan yang diperlukan untuk proses fertilisasi buatan
  • Isi aquarium dengan air sebanyak ¾ volume dan aerasi
  • Letakkan 5 buah glass plate ke dalam 1 baskom segiempat berisi air dan aerasi
  • Ambil induk jantan dan betina dari bak pemijahan dengan seser dan masukkan kedalam baskom yang telah berisi air dan aerasi. Aerasi tetap dilakukan selama induk berada di dalam baskom.
  • Stripping induk jantan dengan menggunakan spoit, sedot spermanya sebanyak 5 ml, lalu encerkan dengan 45 ml larutan fisiologis dan campur merata, tamping didalam petridisk
  • Stripping induk betina dan tempung telurnya ( kira-kira sebanyak 3 ml) didalam cawan plastic
  • Campur telur dan sperma dengan mengaduk perlahan menggunakan bulu ayam. Sebarkan telur tadi ke atas lempengan kaca di dalam baskom berisi air ( suhu air 25oC ). Sebarkan merata dan usahakan tidak ada telur yang saling berlekatan/ dempet. Atur lempengan kaca di dalam raknya.
  • Tiga menit setelah fertilisasi, lakukan proses kejutan dengan memasukkan rak berisi lempengan kaca yang mengandung telur ke dalam water bath, lalu tempatkan di dalam aquarium dengan posisi tegak dan cukup mendapat aerasi.
  • Beri methyline blue 2-3 ppm ke dalam setiap aquarium.

 

  1. 3.      Parameter yang diamati
    1. Hitung FR setelah 12 jam dari proses fertilsasi buatan

FR = Jumlah telur yang terbuahi x 100 %

                        Jumlah total telur

  1. Hitung SR embrio setelah 32 jam dari proses fertlisasi buatan

SRe = Jumlah embrio yang hidup x 100 %

                        Jumlah telur yang terbuahi

  1. Hitung HR setelah telur menetas

HR =  Jumlah telur yang menetas x 100 %

            Jumlah telur yang terbuahi

  1. Hitung SR larva 7 hari

SR0-7 =  Jumlah larva umur 7 hari x 100 %

            Jumlah teluryang menetas

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

  1. Hasil

Table 1. hasil pengamatan  triploidisasi

 

Paramaeter

Triploid

Control

Jumlah telur

3332

2898

Jumlah telur terbuahi

2944

2487

Fertilisasi (%)

88,3

83

Jumlah embrio yang hidup

2467

2157

SR embrio (%)

84

87

Jumlah yang menetas

2254

2007

HR (%)

76

80

SR (%)

73

67

 

  1. Pembahasan

Umumnya persentase penetasan ikan secara normal berkisar antara 50–80 % (Richter dan Rustidja, 1985). Rendahnya  derajat  penetasan  telur  ikan  mas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: kualitas telur, kualitas air media inkubasi (penetasan) dan perlakuan kejutan panas. Kualitas telur dan kualitas air media inkubasi sangat menentukan keberhasilan proses penetasan telur. Kualitas telur yang baik dan didukung oleh kualitas air media  yan g  memadai  dapat  membantu  kelancaran pembelahan sel dan perkembangan telur untuk mencapai tahap akhir terbentuknya embrio ikan. Yatim (1990) dan Effendie (1997) menyatakan, salah satu faktor kualitas air yan g  penting  dalam  memen gar uh i  pembelah an  sel (penetasan telur) adalah suhu air medium.

           Tipe telur ikan mas yang bersifat melekat (adhesif) kemungkinan besar sebagai satu faktor kualitas telur yang menyebabkan rendahnya derajad penetasan pada telur ikan mas. Sifat telur ikan mas yang melekat, membutuhkan tempat pelekatan atau substrat yang baik. Telur ikan mas yang bersifat adhesive  yaitu melekat  pada substrat atau antara telur yang satu dengan telur yang lain, sering mengakibatkan telur-telur tersebut tidak dapat menetas karena difusi oksigen menjadi ber kur an g (Suman tadinata, 1991). Kekurangan oksigen merupakan salah satu penyebab adanya kematian pada telur atau embrio yang sedang berkembang (Woynarovich dan Horvath, 1980). Sifat adhesif  telur ikan mas disebabkan oleh adanya lapisan gluco-protein (Woynarovich dan Horvath, 1980) atau globuline (Hardjamulia, 1979) pada permukaan telur. Blaxter (1969) menyatakan, perbedaan substrat sebagai in kubasi dapat berpengaruh terh adap perkembangan pertama dan fisiologis keturunan.

 

Rendahnya derajat penetasan ikan mas poliploid juga diakibatkan oleh pengaruh perlakuan kejutan suhu panas yang diberikan pada telur dalam proses poliploidisasi. Tave (1993) mengemukakan, mortalitas yang terjadi kemun gkin an disebabkan oleh beberapa macam efek merugikan dari perlakuan kejutan pada sitoplasma telur. Perlakuan kejutan suhu dapat mengakibatkan kerusakan pada benang-benang spindel yang terbentuk saat proses pembelahan sel dalam telur. Kejutan suhu dan tekanan mengakibatkan rusaknya mikrotubulus yang membentuk spindel selama pembelahan (Dustin, 1977 dalam Gervai et al., 1980).

Suhu media  inkubasi yan g terlalu  tinggi dapat mengganggu aktivitas enzim penetasan pada telur dan men gakibatkan pengerasan pada chorion, seh ingga mengha mbat pr oses penetasan pada telur dan dapat mengakibatkan terjadinya keabnormalitasan (cacat) pada larva ikan yang dihasilkan. Rieder dan Bajer (1978) dalam Bidwell et al. (1985) mengemukakan, larva cacat dapat disebabkan oleh lapisan terluar dari telur (chorion) yang mengalami pengerasan, sehingga embrio akan sulit untuk keluar. Setelah chorion dapat dipecahkan, maka embrio akan lahir dengan keadaan tubuh yang cacat.

Der ajat   kelangsun gan   hidup   ikan   mas   h asil poliploidisasi yang relatif rendah bila dibandingkan dengan ikan mas kontrol kemungkinan besar akibat rendahnya kemampuan ikan-ikan poliploid dalam menangkap oksigen terlarut dalam air. Kemampuan pengikatan oksigen terlarut ikan-ikan poliploid sangat rendah bila dibandingkan dengan ikan normal. Kelangsungan hidup ikan poliploid pada fase larva pertama kali makan umumnya berbeda dengan diploid, yaitu lebih rendah bila dibandingkan dengan diploid (Thorgaard, 1992; Mair, 1993; Purdom, 1993; Santiago et al., 1993).

Keberhasilan poliploidisasi melalui perlakuan kejutan suhu sangat dipengaruhi oleh suhu kejutan, waktu kejutan dan lama kejutan, seperti disampaikan oleh Don dan Avtalion (1986) dan tergantung juga pada umur dan kualitas (kematangan ) telur (Pan dian dan Var ada raj, 1990). Triploidisasi pada ikan  relative  lebih mudah untuk diproduksi menggunakan perlakuan fisik atau kimia sesaat setelah fertilisasi dengan menghambat pembelahan meiosis atau peloncatan polar body II (Carman et al., 1991). Shepperd dan Bromage (1996) mengatakan, induksi triploidi dapat dilakukan menggunakan kejutan lingkungan seperti panas, dingin, tekanan dan kimiawi selama periode kritis sesaat setelah fertilisasi dan peloncatan polar body II terjadi antara 3–7 menit setelah fertilisasi pada beberapa spesies (Carman et al., 1991). Arai dan Wilkins (1987) melaporkan bahwa perlakuan kejutan suhu panas dalam waktu singkat efektif untuk induksi triploidi, tetapi merugikan secara signifikan pada kelangsungan hidupnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan kejutan suhu panas 38,9° C selama 1,5 menit memengaruhi tingkat poliploidisasi ikan mas. Ikan mas hasil triploidisasi memiliki derajat penetasan lebih tinggi, abnormalitas lebih rendah, derajat kelangsungan hidup lebih rendah dan keberhasilan induksi poliploidi lebih tinggi daripada ikan mas hasil tetraploidisasi. Perlakuan kejutan suhu panas ini dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara luas untuk proses poliploidisasi pada ikan mas (Cyprinus carpio Linn.) maupun spesies ikan lain.

 

BAB IV

PENUTUP

  1. A.    Kesimpulan

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa teknik triploidisasi yang dilakukan berhasil dan  menghasilkan laju pertumbuhan larva yang lebih cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan larva yang tidak diberi perlakuan apapun. Serta tingkat kelangsungan hidup larva hasil triploidisasi lebih tinggi dibandingkan tingkat kelangsungan hidup larva control.

0

LAPORAN IKAN KOMET

BAB I

PENDAHULUAN

  1. A.    Latar belakang

Komet (Carassius auratus-auratus) pertama kali dibudidayakan oleh masyarakat Cina pada tahun 1729. awalnya bentuk komet sama seperti ikan koki. Karena memang kedua ikan ini berasal dari satu kerabat, yakni dari keluarga Cyprinidae. Kemudian pada zaman Dinasti Ming (1368-1644) popularitas komet semakin menanjak. Saat inilah bermunculan ikan koki dengan tubuh yang unik dan bervariasi. Setelah itu, penyebaran komet berkembang ke Jepang. Di negara Matahari Terbit, komet terus mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga dihasilkan jenis-jenis baru dengan bentuk yang lebih variatif seperti saat ini.

Di Indonesia, komet termasuk ikan hias yang banyak memiliki penggemar. Hal ini dapat dibuktikan dengan seringnya diadakan kontes komet dengan peserta yang boleh dibilang sangat banyak. Jenis ikan dengan telur diserakkan, ini merupakan yang terbanyak. Ikan ini menempatkan telurnya di sembarang tempat, bisa di tanaman air atau di jatuhkan begitu saja di dasar perairan.

Ikan komet merupakan ikan yang cukup rentan penyakit hal ini disebabkan karena kondisi air pada tempat pemeliharaan ikan komet cepat menjadi kotor disebabkan oelh hasil buangan dari ikan komet yang banyak (kotoran). Komet (carassius auratus-auratus) adalah jenis ikan air tawar yang hidup si perairan dangkal yang airnya mengalir tenang dan berudara sejuk. Ikan ini digemari masyarakat karena keindahan warna, gerak-gerik, dan bentuk tubuhnya yang unik. Berbeda dengan ikan hias lainnya, komet termasuk ikan ikan hias sepanjang masa. Hal ini dibuktikan dengan selalu tersedianya komet disetiap toko penjual ikan hias, sehingga harga jual cenderung stabil.

  1. B.     Tujuan

Tujuan dari paktikim ini yaitu

  1. Mengetahui teknik pembenihan ikan komet dengan baik dan benar
  2. Mengahasilkan strain ikan komet yang berkualitas.

 

 

 

BAB II

METODOLOGI

  1. A.    Wktu dan tempat

Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini yaitu pada hari senin tanggal 07 januari  2013 pukul 14.00  di Laboratorium Reproduksi Dan Genetika, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

  1. B.     Alat dan bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pembenihan ikan komet ini dapat dilihat padatabel berikut:

No.

Alat dan bahan praktikum

Kegunaan

 

Alat

 

1.

Bak fiber

Wadah pemijahan

2.

Selang aerasi

Suplai oksigen

3.

Batu aerasi

Suplai oksigen

4.

Kakaban

Substrat/ tempat penempelan telur ikan komet.

5.

Aquarium

Wadah pemeliharaan larva komet.

 

Bahan

 

1.

Induk ikan komet

Objek praktikum

2.

Cacing beku

Untuk mempercepat pematangan gonad

3.

artemia

Untuk makanan larva

4.

Air tawar bersih

Media pemijahan dan pemeliharaan

5.

Metilin blue

Mencegah jamur pada telur ikan komet

 

 

 

 

  1. C.    Prosedur kerja
    1. 1.      Persiapan wadah pemijahan

Siapkan wadah pemijahan yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebiasaan hidup ikan komet. Untuk mempercepat proses penijahan kondisi wadah bak pemijahan harus tenang dan tidak ada keributan karena apabila suasana terlalu ramai ikan komet akan mengalami kesulitan untuk memijah. Setelah bak disiapkan, bak tersebut diisi air tawar yang bersih serta aerasi untuk suplai oksigen. Telur ikan komet bersifat menempel jadi sebaiknya wadah pemijahan diberi kakaban berupa tali rafiah, tali rafiah diletakkan diatas permukaan air dapat juga menggunakan tanaman air. Kakaban juga berfungsi untuk menciptakan suasana tenang pada bak pemijahan.

  1. 2.      Persiapan induk matang gonad

Seleksi induk atau memilih induk merupakan langkah awal yang harus dilakukan pada kegiatan pembenihan Untuk ikan komet sendiri sangat mudah dilakukan seleksi terhadap induk yang matang gonad. Induk ikan komet yang matang gonad dapat diketahui dengan cara melihat tanda-tanda primer dan sekundernya. Seleksi induk ikan komet dapat dilakukan dengan melihat ciri – ciri sebagai berikut :

Induk Jantan

Induk Betina

  • Pada sirip dada terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar.
  • Pada sirip dada terdapat bintik-bintik dan terasa halus jika diraba.
    • Induk yang telah matang jika diurut pelan kerarah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih
    • Jika diurut, keluar cairan kuning bening. Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerahan merahan.
 
   

Selain itu, induk ikan komet yang siap untuk melakukan pemijahan dapat ditandai dengan adanya tingkah laku dari kedua induk tersebut. Tingkah laku yang ditunjukkan adalah saling kejar – kejaran. Dimana, induk jantan terus mengejar atau mendekati induk betina, dengan adanya tingkah laku seperti ini maka dapat diasumsikan bahwa induk ikan komet tersebut siap untuk dipijahkan. Perbandingan induk yang digunakan dalam kegiatan praktikum pemijahan ikan komet adalah 1 : 1 (jantan : betina). Induk yang sudah diseleksi selanjutnya dimasukkan kedalam wadah pemijahan.

  1. 3.   Pemijahan

Induk ikan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini yaitu dengan perbandingan 1:1 yaitu satu ekor Induk jantan dan satu ekor betina. Induk ini kemudin dimasukkan dalam bak  yang beriisi air tawar dan di aerasi kuat serta dilengkapi dengan tali rafiah sebagai substrat, beri pakan secukupnya. Pemijahan ikan komet berlangsung pada malam hingga waktu dini hari. Induk dimasukkan pada sore hari, biasanya besok sudah menempel pada kakaban.

  1. 4.   Penanganan  telur

Setelah ikan komet memijah, telur-telurnya dipindahkan keaquarium penetasan yang telah disiapkan. Telur-telur yang menempel pada substrat diangkat secara perlahan dari bak induknya kemudian dimasukkan kedalam bak penetasan telur, beri metilin blue agar telur tersebut tidak berjamur. Kemudian diaerasi secukupnya, telur ikan komet akan menetas setelah 2-3 hari.

  1. 5.      Pemeliharaan larva

Telur ikan komet yang sudah menetas dipelihara selama 2 minggu. Larva yang menetas dihitung untuk mengetahui laju penetasan telur, kemudian larva tersebut dipelihara. Selama proses pemeliharaan larva ikan komet diberi pakan, pada hari pertama larva belum diberi pakan karena masi memiliki cadangan makanan berupa kuning telur. Setelah larva berumur 3-4 hari barulah larva diberikan pakan berupa kuning telur. Selanjutnya, larva yang berumur 7 hari sampai 14 hari diberi pakan artemia. Selama proses pemeliharaan pula kualitas air juga harus diperhatikan karena pada saat fase larva merupakan fase kritis sehingga apabila kualitas airnya jelek akan mempengaruhi laju pertumbuhan larva tersebut. untuk itu air pada pemeliharaan larva ikan komet diganti sekali seminggu.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. A.    Hasil

Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum pembenihan ikan hias komet dapat dilihat pada tabel berikut:

tanggal

Jumlah telur (butir)

Jumlah menetas (ekor)

HR

(%)

SR (%)

Jumlah larva (ekor)

Bertelur

menetas

7

14

s.1

s. 2

8/12/12

10/12/12

650

513

79

69

67

356

346

9/12/12

11/12/12

1154

1029

90

46

27

478

276

 

  1. B.     Pembahasann
  2. Persiapan wadah pemijahan

Untukl kegiatan pembenihan ikan komet, wadah yang digunakan adalah bak fiber dengan bentuk bundar. Bak yang digunakan sebelumnya dibersihkan dengan menggunakan sabun kemudian dibilas dengan air tawar dan selanjutnya dikeringkan untuk menghilangkan jamur-jamur dan bakteri yang masih menempel.

Seperti kita ketahui bahwa air merupakan media yang sangat penting bagi budidaya ikan. Untuk itu perlu disediakan air yang sangat bersih dan steril. Air yang digunakan untuk pemijahan ini adalah air yang bberasal dari PAM yang sudah diUV, karena kemungkinan airnya mengandung zat-zat yang beracun yang akan mengakibatkan dan menggangu budidaya ikan. Untuk itu perlu beri sinar UV. Air yang di UV. Air terserbut dimasukana kedalam bak dengan ketinggian ±30 cm, kemudian  diaerasi.

         Ikan komet termasuk kedalam kelompok ikan hias air tawar yang tidak memelihara telurnya. Jadi telur yang dikeluarkan oleh induk diletakkan pada substrat. Sehingga dalam kegaitan pemijahannya perlu dipersiapkan substrat sebagai tempat menempelnya telur. Ada banyak jenis tanaman air yang dapat dipakai sebagai substrat. Tanaman air tesebut dibagi kedalam dua kelompok yaitu tanaman tumbuh mengapung dan tanaman tumbuh didasar. Dalam kegiatan praktik digunakan tali rapia yang telah dibuat menyerupai kakaban, pemilihan tali rapia ini dilakukan karena tali rapia lebih efisien dan tidak mudah membusuk.

  1. Memilih induk

Seleksi induk atau memilih induk merupakan langkah awal yang harus dilakukan pada kegiatan pembenihan Untuk ikan komet sendiri sangat mudah dilakukan seleksi terhadap induk yang matang gonad. Seleksi induk ikan komet dapat dilakukan dengan melihat ciri – ciri sebagai berikut :

Induk Jantan

Induk Betina

Pada sirip dada terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar.

Pada sirip dada terdapat bintik-bintik dan terasa halus jika diraba.

Induk yang telah matang jika diurut pelan kerarah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih

Jika diurut, keluar cairan kuning bening. Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerahan merahan.

Selain itu, induk ikan komet yang siap untuk melakukan pemijahan dapat ditandai dengan adanya tingkah laku dari kedua induk tersebut. Tingkah laku yang ditunjukkan adalah saling kejar – kejaran. Dimana, induk jantan terus mengejar atau mendekati induk betina, dengan adanya tingkah laku seperti ini maka dapat diasumsikan bahwa induk ikan komet tersebut siap untuk dipijahkan. Perbandingan induk yang digunakan dalam kegiatan praktikum pemijahan ikan komet adalah 1 : 2 (jantan : betina). Induk yang sudah diseleksi selanjutnya dimasukkan kedalam wadah pemijahan.

  1. Pemijahan

Induk yang digunakan dalam kegiatan ini dengan perbandingan 1:1 nduk yang digunakan dalam praktikum yaitu dengan perbandingan 1 : 1 ( ♀ : ♂). Induk ini kemudin dimasukkan dalam akuarium yang sudah diisi air dan dilengkapi dengan enceng gondok sebagai substrat. Pemijahan ikan komet berlangsung pada malam hingga waktu dini hari. Induk dimasukkan pada sore hari, biasanya besok sudah menempel pada enceng gondok.

  1. Penetasan telur

Penetasan telur dilakukan pada akurium pemijahan langsung. Karena ikan komet termasuk kedalam kelompok ikan hias air tawar yang tidak memelihara telurnya maka, setelah proses pemijahan selesai dan telur sudah melekat pada substrat induk ikan komet diangkat atau dikeluarkan dari dalam akuarium. Hal ini dilakukan agar induk ikan komet tidak memakan telur yang telah dikeluarkan tersebut.

Setelah 2 – 3 hari telur akan menetas, setelah menetas kemudian tali rapia diangkat dari dalam akuarium. Selain itu, perlu dilakukan perhitungan akan larva yang dihasilkan. Larva yang baru menetas belum diberi makan hingga berumur 2 – 3 hari karena masih mempunyai persediaan makanan pada yolk sac-nya (kuning telur).

  1. Pemeliharaan Larva

Larva umur 7 hari hanya sebesar jarum, kondisinya masih lemah, tetapi sudah mulai belajar memperoleh pakan dari luar tubuhnya. Untuk itu, perlu disediakan pakan yang memenuhi syarat untuk mengurangi risiko kematian benih.

Pada saat larva berumur 2-3 hari larva belum membutuhkan makanan tambahan karena larva masih memiliki kuning telur sebagai cadangan makanannya. Namun pada usia larva 3-5 hari larva sudah harus diberi pakan tambahan berupa kuning telur. Larva yang berumur 5-14 dapat diberi pakan artemia sebagai pakannya.

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

  1. A.    Kesimpulan

Dari hasil pratikum dapat disimpulkan bahwa ikan komet termasuk ikan yang mudah dibudidayakan, namun dalam melakukan pemeliharaan larva perlu dilakukan secara teliti dan hati-hati kerena fase larva pada ikan merupakan fase yang paling kritis.